28 C
Madura
Monday, May 29, 2023

Lebaran Ajang Perkuat Ukhuwah

Oleh: ACH. JALALUDIN*

DALAM agama Islam, ada dua hari raya yang biasa dirayakan setiap tahun, yaitu Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha. Hari Raya Idul Fitri dilaksanakan setiap tanggal 1 Syawal setelah seluruh umat Islam menunaikan ibadah puasa penuh di bulan Ramadan.

Sedangkan Hari Raya Idul Adha dilaksanakan pada 10 Zulhijah, bersamaan dengan ibadah haji. Karena yang menjadi pembeda antara haji dan umrah adalah wukuf di Arafah yang harus dilaksanakan 9 Zulhijah. Oleh karenanya, ada yang menyebut Idul Adha sebagai Hari Raya Haji atau Hari Raya Kurban. Dikatakan Hari Raya Kurban karena pada saat itu Nabi Ibrahim memenuhi perintah Allah SWT untuk menyembelih putranya yaitu Ismail AS, yang kemudian Allah ganti dengan seekor domba.

Saat ini kita tengah menjalani ibadah puasa yang akan sampai pada Hari Raya Idul Fitri. Di Indonesia, Hari Raya Idul Fitri dikenal dengan istilah ”Lebaran”. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia bermakna hari raya umat Islam yang jatuh pada 1 Syawal.

Kata ”Lebaran” berasal dari tradisi Hindu yang berarti ”selesai, usai, atau habis”. Menandakan habisnya masa puasa. Istilah ini mungkin diperkenalkan para Wali agar umat Hindu yang baru masuk Islam saat itu tidak merasa asing dengan agama yang baru dianutnya (MA Salmun: 1954).

Istilah tersebut seleras dengan makna Idul Fitri sendiri yang berarti kembali berbuka, masdar dari kata iftar (buka puasa). Di hari itu umat Islam telah melakukan ibadah puasa dengan tidak makan dan minum di siang hari. Kemudian, di Hari Raya Idul Fitri, umat Islam kembali berbuka atau tidak lagi berpuasa, bahkan diharamkan untuk berpuasa.

Baca Juga :  22 Tahun PKB Menapak Usia

 

Memperkuat Ukhuwah

Hari Raya Idul Fitri menjadi momentum paling besar di Indonesia yang penduduknya mayoritas umat Islam. Di antaranya adalah berkumpul sesama keluarga dan sanak saudara saat Lebaran. Apalagi tahun ini masyarakat diizinkan untuk mudik, yang tahun sebelumnya dilarang karena persebaran Covid-19. Tentu sangat besar kerinduan yang dibawa.

Di Lebaran inilah, di daerah kita, utamanya di desa dan kampung-kampung biasa mengadakan sembelihan sapi yang dibeli dengan patungan. Tujuannya, untuk mempermurah harga di pasaran yang sedang naik. Sapi disembelih saat mendekati Lebaran, antara 28-29 Ramadan. Disembelih oleh pemuka kampung dan sama-sama dikuliti dan dibagi sesuai harga kiloan yang ditetapkan sebelumnya oleh panitia.

Lebaran mempunyai keistimewaan sendiri. Selain menjadi perayaan atas selesainya ibadah puasa, tapi juga menjadi ajang kumpul-kumpul, silaturahmi, bermaaf-maafan, dan saling berbagi. Dulu yang berjauhan, kini berkumpul karena Lebaran. Meskipun tidak harus menunggu Lebaran untuk berkumpul, tapi momentum seperti ini hanya ada saat Lebaran. Sesama keluarga kita saling silaturahmi dan berbagi. Yang awalnya canggung bersalaman, dengan momentum ini kita dengan leluasa bertegur sapa, saling mendoakan, dan bermaaf-maafan. Itu tidak hanya dilakukan oleh satu keluarga, tetapi oleh hampir seluruh umat Islam.

Ini menunjukkan bahwa ukhuwah kita besar sekali. Lebaran memberikan keberkahan yang kita butuhkan saat ini, yaitu rasa persaudaraan (ukhuwah), mengingat rasa persaudaraan kita sudah mulai berkurang disebabkan perbedaan pandangan dan pilihan. Padahal ukhuwah kita, yaitu ukhuwah islamiah mempunyai cakupan yang begitu luas.

Baca Juga :  Belajar Kalah dari Puasa

Singkatnya, makna persaudaraan sesama umat Islam bukan disebut ukhuwah islamiah, tetapi ukhuwah bainal muslimin atau ikhwan al muslimun. Dari segi nahwu, ukhuwah islamiah adalah dua kata yang disifati (sifat-mausuf), maknanya, ”persaudaraan atas nilai-nilai keislaman”. Sedangkan persaudaraan Islam dinamakan ukhuwah diniyah.

Dari definisi tersebut dapat dipahami bahwa ukhuwah diniyah (persaudaraan sesama orang Islam), ukhuwah wathaniyah (persaudaraan sesama warga negara), dan ukhuwah basyariyah (persaudaraan sesama makhluk Tuhan) memiliki peluang untuk menjadi ukhuwah islamiah.

Ukhuwah islamiah tidak berbatas pada agama dan bangsa, melainkan sebuah nilai yang ada dalam persaudaraan kita. Sebuah persaudaraan yang berdasar pada nilai-nilai yang terkandung dalam agama Islam. Diharapkan dari pemahaman kita mengenai ukhuwah islamiah ini, kita tidak lagi melihat latar belakang seseorang, tak berbatas pada organisasi dan agama tertentu untuk cinta dan menghargai sesama.

Oleh karena itu, di Lebaran kali ini, jadikanlah ajang untuk memperkuat ukhuwah kita sesama umat Islam, warga negara, dan sesama manusia. Jangan jadikan perbedaan pandangan dan pilihan kita menjadi penghalang untuk menjalin silaturahmi dan saling berbagi antar sesama. Taqabbalallahu minna wa minkum, mohon maaf lahir dan batin. (*)

 

*)Pengurus Perpustakaan Pondok Pesantren Banyuanyar

Oleh: ACH. JALALUDIN*

DALAM agama Islam, ada dua hari raya yang biasa dirayakan setiap tahun, yaitu Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha. Hari Raya Idul Fitri dilaksanakan setiap tanggal 1 Syawal setelah seluruh umat Islam menunaikan ibadah puasa penuh di bulan Ramadan.

Sedangkan Hari Raya Idul Adha dilaksanakan pada 10 Zulhijah, bersamaan dengan ibadah haji. Karena yang menjadi pembeda antara haji dan umrah adalah wukuf di Arafah yang harus dilaksanakan 9 Zulhijah. Oleh karenanya, ada yang menyebut Idul Adha sebagai Hari Raya Haji atau Hari Raya Kurban. Dikatakan Hari Raya Kurban karena pada saat itu Nabi Ibrahim memenuhi perintah Allah SWT untuk menyembelih putranya yaitu Ismail AS, yang kemudian Allah ganti dengan seekor domba.


Saat ini kita tengah menjalani ibadah puasa yang akan sampai pada Hari Raya Idul Fitri. Di Indonesia, Hari Raya Idul Fitri dikenal dengan istilah ”Lebaran”. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia bermakna hari raya umat Islam yang jatuh pada 1 Syawal.

Kata ”Lebaran” berasal dari tradisi Hindu yang berarti ”selesai, usai, atau habis”. Menandakan habisnya masa puasa. Istilah ini mungkin diperkenalkan para Wali agar umat Hindu yang baru masuk Islam saat itu tidak merasa asing dengan agama yang baru dianutnya (MA Salmun: 1954).

Istilah tersebut seleras dengan makna Idul Fitri sendiri yang berarti kembali berbuka, masdar dari kata iftar (buka puasa). Di hari itu umat Islam telah melakukan ibadah puasa dengan tidak makan dan minum di siang hari. Kemudian, di Hari Raya Idul Fitri, umat Islam kembali berbuka atau tidak lagi berpuasa, bahkan diharamkan untuk berpuasa.

Baca Juga :  Direksi Tinjau Langsung Layanan BRI untuk Kenyamanan Nasabah

 

- Advertisement -

Memperkuat Ukhuwah

Hari Raya Idul Fitri menjadi momentum paling besar di Indonesia yang penduduknya mayoritas umat Islam. Di antaranya adalah berkumpul sesama keluarga dan sanak saudara saat Lebaran. Apalagi tahun ini masyarakat diizinkan untuk mudik, yang tahun sebelumnya dilarang karena persebaran Covid-19. Tentu sangat besar kerinduan yang dibawa.

Di Lebaran inilah, di daerah kita, utamanya di desa dan kampung-kampung biasa mengadakan sembelihan sapi yang dibeli dengan patungan. Tujuannya, untuk mempermurah harga di pasaran yang sedang naik. Sapi disembelih saat mendekati Lebaran, antara 28-29 Ramadan. Disembelih oleh pemuka kampung dan sama-sama dikuliti dan dibagi sesuai harga kiloan yang ditetapkan sebelumnya oleh panitia.

Lebaran mempunyai keistimewaan sendiri. Selain menjadi perayaan atas selesainya ibadah puasa, tapi juga menjadi ajang kumpul-kumpul, silaturahmi, bermaaf-maafan, dan saling berbagi. Dulu yang berjauhan, kini berkumpul karena Lebaran. Meskipun tidak harus menunggu Lebaran untuk berkumpul, tapi momentum seperti ini hanya ada saat Lebaran. Sesama keluarga kita saling silaturahmi dan berbagi. Yang awalnya canggung bersalaman, dengan momentum ini kita dengan leluasa bertegur sapa, saling mendoakan, dan bermaaf-maafan. Itu tidak hanya dilakukan oleh satu keluarga, tetapi oleh hampir seluruh umat Islam.

Ini menunjukkan bahwa ukhuwah kita besar sekali. Lebaran memberikan keberkahan yang kita butuhkan saat ini, yaitu rasa persaudaraan (ukhuwah), mengingat rasa persaudaraan kita sudah mulai berkurang disebabkan perbedaan pandangan dan pilihan. Padahal ukhuwah kita, yaitu ukhuwah islamiah mempunyai cakupan yang begitu luas.

Baca Juga :  Cara Paling Baik Bersenang-senang

Singkatnya, makna persaudaraan sesama umat Islam bukan disebut ukhuwah islamiah, tetapi ukhuwah bainal muslimin atau ikhwan al muslimun. Dari segi nahwu, ukhuwah islamiah adalah dua kata yang disifati (sifat-mausuf), maknanya, ”persaudaraan atas nilai-nilai keislaman”. Sedangkan persaudaraan Islam dinamakan ukhuwah diniyah.

Dari definisi tersebut dapat dipahami bahwa ukhuwah diniyah (persaudaraan sesama orang Islam), ukhuwah wathaniyah (persaudaraan sesama warga negara), dan ukhuwah basyariyah (persaudaraan sesama makhluk Tuhan) memiliki peluang untuk menjadi ukhuwah islamiah.

Ukhuwah islamiah tidak berbatas pada agama dan bangsa, melainkan sebuah nilai yang ada dalam persaudaraan kita. Sebuah persaudaraan yang berdasar pada nilai-nilai yang terkandung dalam agama Islam. Diharapkan dari pemahaman kita mengenai ukhuwah islamiah ini, kita tidak lagi melihat latar belakang seseorang, tak berbatas pada organisasi dan agama tertentu untuk cinta dan menghargai sesama.

Oleh karena itu, di Lebaran kali ini, jadikanlah ajang untuk memperkuat ukhuwah kita sesama umat Islam, warga negara, dan sesama manusia. Jangan jadikan perbedaan pandangan dan pilihan kita menjadi penghalang untuk menjalin silaturahmi dan saling berbagi antar sesama. Taqabbalallahu minna wa minkum, mohon maaf lahir dan batin. (*)

 

*)Pengurus Perpustakaan Pondok Pesantren Banyuanyar

Artikel Terkait

Lapangkan Jalan Pulang

Baju Baru, Ujub dan Korupsi

Lebaran

Tebar Pesona di Tahun Politik

Most Read

Artikel Terbaru

/