GENDONGLAH terus adik-adikmu, Ipin. Kamu anak kuat. Ajak mereka bermain dan kelak ceritakan bahwa hidup bukan melulu soal tanggung jawab, melainkan juga tentang kasih sayang.
Mari sejenak kita merenung. Merenung tentang apa saja. Saya kira itu bagus sebagai kontemplasi. Sebab, merenung adalah aktivitas berpikir paling dalam. Termasuk, merenung mengenai wacana reaktivasi kereta api di Madura. Wow....
KETIKA isu childfree kembali membubung menyusul cuitan dari Gita Savitri Devi, seorang influencer dengan follower hampir sejuta, saya teringat sebuah monograf berjudul Women and Fertility in Madura. Karya tersebut merupakan hasil live in seorang antropolog kebangsaan Belanda yang lahir di Sabang, Anke Niehof, pada 1977 hingga 1979 di Madura, tepatnya di dua desa Patondu, Sampang, dan Tambeng, Pamekasan. Saya berharap dapat menikmati ulasan dan informasi perihal childfree dari buku lama tersebut.
MADURA merupakan wilayah berbentuk pulau kecil berimpitan dengan Pulau Jawa bagian timur. Antara Pulau Jawa dengan Pulau Madura dipisahkan oleh Selat Madura dengan luas sekitar 9.500 km persegi. Menuju Madura secara sederhana melewati Surabaya. Dahulu menyeberang menggunakan kapal feri dari Pelabuhan Perak, Surabaya, kemudian kapal feri bersandar di Pelabuhan Kamal, Bangkalan. Pada 10 Juni 2009 Jembatan Suramadu diresmikan dan difungsikan sebagai jembatan penghubung Surabaya dengan Madura. Semua kendaraan bermotor sebagai alat mobilitas manusia dan barang melewati jembatan itu. Kemudian, juga direaktivasi Bandara Trunojoyo Sumenep sebagai akses mempermudah mobilitas masyarakat dan barang dari luar daerah menuju Madura.
PERBINCANGAN tentang sosok ibu tak akan ada pernah ada habisnya. Tidak hanya di seputar momen Hari Ibu 22 Desember ataupun Hari Kartini 21 April. Setiap diri akan selalu tafakur jika diajak membahas peran sentral sosok ibu pada hidupnya. Suasana kebatinan semacam ini pulalah yang menguar tatkala jemaah Maiyah simpul Sumenep, Damar Ate, meriung pada rutinan bulanan sinau bareng edisi Januari 2023. Agenda meng(k)aji bersama yang dihelat pada 29 Januari 2023 dan bertempat di Kanca Kona Kopi ini mengangkat tema ”Ibu, Ada Surga di Telapak Kakimu”.
KESABARAN politik NU juga terlihat selama Orde Baru dalam politik Pancasilanya. NU-lah yang kali pertama setuju asas Pancasila, namun dengan konsep khas Aswaja yang tidak mendudukkan Pancasila sebagai agama atau pengganti agama. Hal ini memudahkan cairnya hubungan penguasa dengan rakyat muslim yang sebelumnya kaku.
NU dan komponen Islam lainnya adalah benteng bagi Indonesia. Namun, titik poin NU menjadi sangat penting bahkan terpenting karena tiga hal. Demografi, ideologi, dan politik siyasahnya.
SAYA pernah hampir tiap hari pergi menghadiri undangan. Apalagi sudah memasuki bulan Kanjeng Nabi Muhammadyaitu Maulid, terkadang 2–3 kali saya pindah dari rumah ke rumah lain untuk ikut serta merayakan kelahiran Nabi Muhammad SAW. Memang ada pahala yang didapat ketika hadir ke undangan tersebut. Dalam studi keislaman disampaikan bahwa dosa-dosa (dalam bahasa kasar penulis) yang disandang pengundang dan terundang akan jatuh berguguran saat saling berjabat tangan. Selain itu, orang yang terundang memiliki beban kewajiban untuk hadir atas undangan yang diterimanya.
SEBUT saja namanya Pak Ahmad. Usianya saat ini sudah memasuki paruh baya. Dia tipe orang desa tulen, sejak lahir hidup dan tinggal di desa nun jauh di sana. Sumber penghasilan utamanya adalah bertani pada dua petak ladang yang dimilikinya, warisan dari nenek moyang, dan beternak sepasang sapi. Juga ada unggas yang biasanya menjadi solusi mendadak saat ada kebutuhan mendadak yang tidak seberapa dengan menjualnya ke pasar.