JAKARTA – Pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal II tahun 2021 mencapai 7,07 perse year on year (yoy) atau tertinggi selama 16 tahun terakhir. Seluruh sektor ekonomi tumbuh positif dan menunjukkan perbaikan kinerja seiring membaiknya permintaan domestik dan negara mitra dagang.
Sektor Transportasi dan Pergudangan pun menunjukkan pertumbuhan positif dan tertinggi di kuartal II 2021, yaitu tumbuh 25,1 persen. Sementara secara lebih spesifik, Subsektor Angkutan Laut dapat tumbuh 16,41 persen (yoy) seiring meningkatnya volume perdagangan dunia dan aktivitas ekspor impor Indonesia.
Selain itu, pulihnya permintaan dan meningkatnya harga komoditas global telah membuat neraca perdagangan mengalami surplus selama 17 bulan berturut-turut. Cadangan devisa relatif tinggi yakni sebesar USD 144,8 miliar.
Namun, negara di dunia sempat menghadapi tantangan dengan terganggunya supply chain logistic. Sebab, permintaan kapal logistik antar negara meningkat, persediaan kontainer terbatas, serta pelabuhan internasional mengalami bottleneck.
“Sektor pelayaran dan kepelabuhanan harus dapat beradaptasi dengan tingginya demand. Termasuj mencari jalan keluar agar logistic cost yang merupakan jantung dari perdagangan internasional bisa terjaga,” ujar Menko Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto saat menjadi keynote speech webinar Virtual Expo Maritime Indonesia (VEMI) 2021 bertema “Digitalisasi, Teknologi, & Inovasi di Sektor Maritim” pada Kamis (29/10).
Sementara itu, pandemi yang terjadi sejak tahun 2020 telah mengakselerasi transformasi digital di segala aspek. Ekonomi digital tumbuh menjadi kekuatan baru dan diyakini dapat terus tumbuh lebih besar. Sektor pelayaran dan kepelabuhanan diharapkan segera beradaptasi bertransformasi.
Dalam upaya menerapkan digitalisasi kepelabuhanan dan memperbaiki kondisi logistik di Indonesia, pemerintah telah membangun National Logistic Ecosystem (NLE). Ekosistem logistik nasional ini menyelaraskan arus lalu lintas barang dan dokumen (baik internasional maupun domestik).
Orientasinya, kerjasama antar instansi pemerintah dan swasta, melalui pertukaran data, simplifikasi proses, penghapusan repetisi dan duplikasi, serta didukung oleh sistem teknologi informasi yang mencakup seluruh proses logistik. Eksportir dan importir hanya perlu melakukan transaksi melalui sebuah platform daring NLE.
Dengan NLE, diharapkan dapat mengefisiensi pemrosesan logistik dan penurunan biaya logistik nasional yang ditargetkan turun dari 23,5 persen menjadi sekitar 17 persen pada tahun 2024. Hal itu sebagaimana tercantum dalam Perpres 18/2020 tentang Rencana Aksi Penataan Ekonomi Logistik Nasional.
Selain membangun NLE, pemerintah mendorong transformasi digital melalui pembangunan infrastuktur digital. Mulai dari pembangunan jaringan fiber optic Palapa Ring dan penyediaan Base Transceiver Station (BTS), pengembangan akses internet dan ekosistem TIK, serta perluasan akses 4G dan 5G. Termasuk membangun satelit multi fungsi Satria yang beroperasi tahun 2023.
Transformasi digital juga membutuhkan talenta digital yang kompeten sebagai pelaksananya. Karena itu, pemerintah telah menggelar berbagai program simultan untuk meningkatkan jumlah talenta digital di Indonesia.
“Misalnya Digital Talent Scholarship yang menyediakan 100 ribu beasiswa per tahun, program Kartu Prakerja yang bisa dimanfaatkan untuk upskilling atau reskilling di bidang digital oleh para pencari kerja, serta Insentif Super Tax Deduction kepada industri yang turut melaksanakan kegiatan vokasi,” tandas Airlangga Hartarto. (ag/fsr/par)