24 C
Madura
Wednesday, June 7, 2023

Kumar Taufik, Mahasiswa HEU Asal Bangkalan

Dalam benak Kumar Taufik sama sekali tidak tebersit bisa kuliah di Tiongkok. Di luar dugaan, dia menamatkan S-2 di Harbin Institute of Technology (HIT) dan kini sedang menempuh S-3 di Harbin Engineering University (HEU).

ZEINAL ABIDIN, Bangkalan, Jawa Pos Radar Madura

SEMANGAT Kumar Taufik patut dicontoh kalangan remaja Madura, khususnya generasi muda di Kabupaten Bangkalan. Sebab, pria 28 tahun itu membuktikan bisa kuliah di luar negeri meski dari keluarga kurang mampu. Latar belakang dan status sosial seseorang bukan jaminan bisa memilih kampus beken.

”Siapa pun berhak mengenyam pendidikan yang layak,” katanya mengawali obrolan dengan RadarMadura.id.

Menurut dia, masa kecil hingga lulus sekolah menengah pertama dihabiskan di Desa/Kecamatan Sepulu. Setelah itu, dia melanjutkan studi ke SMAN 1 Bangkalan. Setamat sekolah menengah pertama, Kumar Taufik melanjutkan pendidikan di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya lewat jalur beasiswa.

”Semenjak kuliah di ITS, saya memang berkeinginan melanjutkan studi ke luar negeri. Namun, di pikiran sama sekali tidak pernah tebersit kuliah di Tiongkok. Semuanya mengalir begitu saja. Ada peluang saya coba. Alhamdulillah bisa diterima kuliah di HIT,” tuturnya.

Baca Juga :  Diserbu Pengunjung, Menarik Wisatawan Mancanegara

Setelah lulus kuliah dari ITS, sambung Kumar Taufik, ada tawaran beasiswa S-2 ke HIT dari salah seorang dosen pembimbing skripsinya. ”Tanpa berpikir panjang, saya langsung menerima karena tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan itu,” imbuh pria yang juga anggota Himpunan Mahasiswa Pascasarjana Bangkalan (HMPB) tersebut.

Kumar Taufik mengakui awalnya sempat pesimistis. Apalagi, tidak ada kabar lagi dari sang dosen. Karena itu, dia merasa tidak bakal diterima kuliah di HIT. ”Apalagi, saya ambil jurusan bahasa Inggris, sedangkan kemampuan TOEFL saya kurang. Alhamdulillah, beberapa bulan kemudian ada e-mail masuk dan memberitahukan saya diterima sebagai calon mahasiswa HIT,” terangnya.

Dia menjelaskan, selama berada di Tiongkok, dia mengaku kesulitan beradaptasi dengan cuaca. Kebetulan, Harbin merupakan wilayah yang paling dingin di Tiongkok saat musim dingin. Suhu terendah bisa mencapai minus 38 derajat Celsius. Untungnya, teman-teman yang lebih dahulu berada di Harbin memberikan tips agar bisa bertahan di musim dingin.

”Tahun pertama di Tiongkok masih fokus berdaptasi dengan cuaca. Awal-awal, hidungnya sering berdarah, kulit kering, hingga gatal-gatal. Semua itu tidak terjadi setelah jalan tahun kedua, sudah bisa dikatakan kebal dan secara bertahap mulai bisa keluar rumah,” paparnya.

Baca Juga :  Menko Airlangga Hartarto Berharap Sekolah Tatap Muka Bisa Dimulai

Kumar Taufik mengungkapkan, kuliah di Tiongkok sangat menyenangkan. Salah satu alasannya, warga setempat ramah dan menghormati sesama. Dosen pengajarnya pun sangat baik. Meski sudah mahir berbahasa Inggris, dia juga mendapatkan mata kuliah bahasa Mandarin dasar. ”Seperti percakapan untuk belanja, pesan makanan, menggunakan transportasi, dan seterusnya,” ulasnya.

Setelah lulus dari HIT, Kumar Taufik sebenarnya tidak berniat untuk melanjutkan kuliah S-3. Namun karena sering menghabiskan waktu di kampus HEU, akhirnya melanjutkan kuliah di HEU. Apalagi, ada peluang beasiswa. ”Alhamdulillah, saya akhirnya diterima sebagai mahasiswa S-3 HEU,” ulasnya bangga.

Namun, Kumar Taufik hanya berkesempatan kuliah secara tatap muka selama enam bulan di HEU. Sebab, dia harus pulang ke Indonesia karena kasus Covid-19 semakin menjadi-jadi. ”Dampaknya, perkuliahan dilakukan secara online. Sampai saat ini, saya belum diperbolehkan kembali ke Tiongkok,” terangnya.

Kumar Taufik menambahkan, untuk sementara, dirinya memutuskan bekerja di salah satu perusahaan yang bergerak di bidang konsultan lingkungan di Bogor, Jawa Barat. ”Saya bisa dikatakan mengenyampingkan kuliah S-3. Namun, saya masih ada keinginan untuk melanjutkan S-3 di luar negeri lagi. Semoga saja ada kesempatan kuliah lagi,” harapnya. (*)

Dalam benak Kumar Taufik sama sekali tidak tebersit bisa kuliah di Tiongkok. Di luar dugaan, dia menamatkan S-2 di Harbin Institute of Technology (HIT) dan kini sedang menempuh S-3 di Harbin Engineering University (HEU).

ZEINAL ABIDIN, Bangkalan, Jawa Pos Radar Madura

SEMANGAT Kumar Taufik patut dicontoh kalangan remaja Madura, khususnya generasi muda di Kabupaten Bangkalan. Sebab, pria 28 tahun itu membuktikan bisa kuliah di luar negeri meski dari keluarga kurang mampu. Latar belakang dan status sosial seseorang bukan jaminan bisa memilih kampus beken.


”Siapa pun berhak mengenyam pendidikan yang layak,” katanya mengawali obrolan dengan RadarMadura.id.

Menurut dia, masa kecil hingga lulus sekolah menengah pertama dihabiskan di Desa/Kecamatan Sepulu. Setelah itu, dia melanjutkan studi ke SMAN 1 Bangkalan. Setamat sekolah menengah pertama, Kumar Taufik melanjutkan pendidikan di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya lewat jalur beasiswa.

”Semenjak kuliah di ITS, saya memang berkeinginan melanjutkan studi ke luar negeri. Namun, di pikiran sama sekali tidak pernah tebersit kuliah di Tiongkok. Semuanya mengalir begitu saja. Ada peluang saya coba. Alhamdulillah bisa diterima kuliah di HIT,” tuturnya.

Baca Juga :  Estimasi Anggaran Rp 5 Miliar

Setelah lulus kuliah dari ITS, sambung Kumar Taufik, ada tawaran beasiswa S-2 ke HIT dari salah seorang dosen pembimbing skripsinya. ”Tanpa berpikir panjang, saya langsung menerima karena tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan itu,” imbuh pria yang juga anggota Himpunan Mahasiswa Pascasarjana Bangkalan (HMPB) tersebut.

- Advertisement -

Kumar Taufik mengakui awalnya sempat pesimistis. Apalagi, tidak ada kabar lagi dari sang dosen. Karena itu, dia merasa tidak bakal diterima kuliah di HIT. ”Apalagi, saya ambil jurusan bahasa Inggris, sedangkan kemampuan TOEFL saya kurang. Alhamdulillah, beberapa bulan kemudian ada e-mail masuk dan memberitahukan saya diterima sebagai calon mahasiswa HIT,” terangnya.

Dia menjelaskan, selama berada di Tiongkok, dia mengaku kesulitan beradaptasi dengan cuaca. Kebetulan, Harbin merupakan wilayah yang paling dingin di Tiongkok saat musim dingin. Suhu terendah bisa mencapai minus 38 derajat Celsius. Untungnya, teman-teman yang lebih dahulu berada di Harbin memberikan tips agar bisa bertahan di musim dingin.

”Tahun pertama di Tiongkok masih fokus berdaptasi dengan cuaca. Awal-awal, hidungnya sering berdarah, kulit kering, hingga gatal-gatal. Semua itu tidak terjadi setelah jalan tahun kedua, sudah bisa dikatakan kebal dan secara bertahap mulai bisa keluar rumah,” paparnya.

Baca Juga :  Angka ODR dan ODP Terus Naik

Kumar Taufik mengungkapkan, kuliah di Tiongkok sangat menyenangkan. Salah satu alasannya, warga setempat ramah dan menghormati sesama. Dosen pengajarnya pun sangat baik. Meski sudah mahir berbahasa Inggris, dia juga mendapatkan mata kuliah bahasa Mandarin dasar. ”Seperti percakapan untuk belanja, pesan makanan, menggunakan transportasi, dan seterusnya,” ulasnya.

Setelah lulus dari HIT, Kumar Taufik sebenarnya tidak berniat untuk melanjutkan kuliah S-3. Namun karena sering menghabiskan waktu di kampus HEU, akhirnya melanjutkan kuliah di HEU. Apalagi, ada peluang beasiswa. ”Alhamdulillah, saya akhirnya diterima sebagai mahasiswa S-3 HEU,” ulasnya bangga.

Namun, Kumar Taufik hanya berkesempatan kuliah secara tatap muka selama enam bulan di HEU. Sebab, dia harus pulang ke Indonesia karena kasus Covid-19 semakin menjadi-jadi. ”Dampaknya, perkuliahan dilakukan secara online. Sampai saat ini, saya belum diperbolehkan kembali ke Tiongkok,” terangnya.

Kumar Taufik menambahkan, untuk sementara, dirinya memutuskan bekerja di salah satu perusahaan yang bergerak di bidang konsultan lingkungan di Bogor, Jawa Barat. ”Saya bisa dikatakan mengenyampingkan kuliah S-3. Namun, saya masih ada keinginan untuk melanjutkan S-3 di luar negeri lagi. Semoga saja ada kesempatan kuliah lagi,” harapnya. (*)

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru

/