Bisnis tembakau tak ada habisnya. Saat musim panen, petani dan pedagang disibukkan untuk mengurus tata niaga tersebut. Jika cuaca bersahabat, kemungkinan untuk mendapatkan keuntungan tinggi cukup terbuka lebar.
MASA panen tembakau di Pulau Garam dimulai sejak akhir Agustus lalu. Jumlah daun emas yang dipanen diperkirakan sudah lebih dari separo dari 13 ribu hektare lahan. Beberapa daerah di antaranya memulai masa tanam sedikit terlambat akibat cuaca yang tak menentu.
Saat ini perwakilan gudang mitra perusahaan rokok tak hanya disibukkan dengan serapan tembakau. Sebagian fokus mengeluarkan tembakau lama. ”Yang sudah disimpan di gudang,” kata Ahmad selaku admin salah satu gudang di Desa Blumbungan, Kecamatan Larangan, Pamekasan, kemarin (22/9).
Dua truk fuso dengan muatan tembakau lama dikirim dari gudang bernama CV Sumber Rezeki itu. Namun, petugas yang berada di lokasi terkesan menutupi informasi. Mereka enggan ditanyai perihal jumlah ton dan tujuan pengiriman daun emas kering tersebut.
Jumlah pengiriman tembakau lama dari gudang sekitar 7 truk fuso selama musim panen hingga kemarin. Ahmad menegaskan bahwa jumlah barang tersebut di tempatnya tak dihitung. ”Karena ada beberapa yang memang titipan dari tempat lainnya,” ujarnya singkat.
Dari informasi papan nama, gudang mitra perusahaan rokok tersebut mematok harga tertinggi pembelian tembakau Rp 50 ribu per kilogram. Sementara harga terendah berada di angka Rp 34 ribu per kilogram. Ratusan bal tembakau baru tersusun rapi untuk dilakukan penyortiran sesuai kualitas.
Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Pamekasan Samukrah menambahkan, tembakau yang dibeli pada musim ini tidak bisa diproses menjadi bahan baku rokok tahun ini juga. Sebab, masih butuh proses penyimpanan di gudang.
Stok di beberapa gudang juga tak menentu. Ini disesuaikan dengan kapasitas gudang. ”Serapan tetap berjalan seiring dengan pengeluaran tembakau lama. Apalagi kan sudah ada target pembelian tembakau milik petani di masing-masing gudang mitra,” sambungnya.
Jawa Pos Radar Madura (JPRM) mengunjungi gudang mitra untuk mengetahui perkembangan tata niaga pertembakauan. Hasil penelusuran menunjukkan pasokan tembakau dari petani berkurang. Akibatnya, capaian target pembelian belum maksimal.
Beberapa gudang menolak berbicara mengenai transaksi tembakau. Beberapa alasan dilontarkan. Di CV Sanusi yang beralamat di Jalan Raya Nyalaran, tim juga tak diterima dengan baik. Pemilik enggan berbicara meski sudah meminta izin untuk mendapatkan informasi mengenai bisnis pertembakauan. (afg/luq)