Hari Kunjung Perpustakaan diperingati setiap 14 September. Anggaran pengadaan buku di Madura tidak lebih besar dari alokasi pembangunan fisik. RadarMadura.id menghadirkan liputan khusus perpustakaan yang dikelola pemerintah kabupaten (pemkab).
KUNJUNGAN masyarakat ke perpustakaan daerah membeludak. Buku tentang pendidikan, kesehatan, dan kewirausahaan menjadi serbuan mahasiswa. Namun, tingginya angka kunjungan itu tidak disambut baik oleh pemerintah. Anggaran pengadaan buku sangat rendah dibanding tahun lalu.
Pustakawan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Pamekasan Kusairi mengatakan, jumlah kunjungan hingga Agustus 45.631 orang. Hingga akhir tahun, diprediksi jumlah kunjungan semakin banyak. Sebab, perguruan tinggi mulai aktif. Beberapa bulan terakhir grafik kunjungan menurun lantaran perguruan tinggi libur. ”Pengunjung terbanyak itu mahasiswa, setelah itu pelajar, umum, dan guru,” katanya kemarin (13/9).
Kusairi mengatakan, setiap tahun pemerintah menyiapkan anggaran pengadaan buku. Hanya, nominal untuk tahun ini jauh lebih rendah dibanding tahun lalu. Pada 2018, anggaran pengadaan buku Rp 190 juta.
Dana tersebut digunakan untuk pembelian dua ribu buku. Pada 2019, anggaran pengadaan buku hanya Rp 90 juta. Buku yang dapat dibeli dari uang tersebut hanya sekitar 800 eksemplar.
Meski demikian, pengelolaan perpustakaan tetap optimal. Buku tren disediakan. Di antaranya, buku tentang ekonomi syariah. Buku tersebut banyak dicari sehingga disiapkan tempat khusus buku yang berkaitan dengan ekonomi syariah itu.
Berbagai upaya dilakukan untuk terus mendongkrak kunjungan. Di antaranya, membangun fasilitas bermain edukatif bagi anak. Anak-anak yang berkunjung ke perpustakaan tidak merasa bosan.
Kemudian, menyediakan tempat diskusi. Lalu, ruangan yang dilengkapi AC. Perpustakaan juga dilengkapi internet gratis dengan kecepatan tinggi. Pengunjung bisa mengakses internet 24 jam nonstop.
Sebagai langkah antisipasi agar pengguna internet tidak mengakses konten negatif, pengelola memblokir konten negatif. ”Selain Kominfo melakukan blokir, kami juga blokir konten negatif,” katanya.
Dinas Perpustakaan dan Kearsipan juga berupaya meningkatkan minat baca. Langkah nyata yang dilakukan dengan membuka pojok baca di sejumlah kantor layanan publik. Seperti Polres Pamekasan, rumah sakit, dan kantor bupati.
Pojok baca juga tersedia di masjid, pondok pesantren, dan sejumlah kafe. Harapannya, masyarakat yang ingin membaca bisa mudah mengakses. ”Kalau perpustakaan (daerah) kan hanya buka saat jam kantor,” katanya.
Anggota DPRD Pamekasan Muhammad Sahur mengatakan, minat baca masyarakat masih tergolong rendah. Eksekutif harus mencari solusi untuk mendongkrak minat baca tersebut. Sebab, membaca sangat penting bagi peningkatan wawasan masyarakat.
Sahur berharap, inovasi terus dilakukan untuk mendorong masyarakat gemar membaca. Khususnya, generasi muda. Dengan demikian, masa depan Pamekasan akan cemerlang. ”Membaca adalah jendela dunia. Jika masyarakat berwawasan luas, kabupaten ini akan maju dan berkembang,” tandasnya.
Sementara di Bangkalan, anggaran pengadaan buku 2019 belum terlaksana. Bahkan, masih menunggu perubahan anggaran keuangan (PAK). Anggaran yang diajukan Rp 53 juta. Tahun lalu, anggaran pengadaan buku hanya Rp 49 juta.
Kabid Pengolahan Layanan dan Pelestarian Bahan Perpusda Bangkalan Latifah mengaku, jumlah pengunjung setiap bulan fluktuatif. Tahun 2018 ada 13.073 pengunjung. Sedangkan pengunjung Januari–Agustus 2019 sekitar 6.000 orang. ”Insyaallah ada peningkatan untuk 2019,” ujarnya.
Perempuan berhijab itu menambahkan, tahun ini banyak kunjungan dari sekolah-sekolah. Mulai jenjang SD, SMP, SMA/SMK, dan mahasiswa. Koleksi buku memang disediakan untuk pelajar dan umum.
Koleksi buku saat ini 17.450 judul dengan 30.139 eksemplar. ”Dari sekian banyak buku yang sering dibaca materi pelajaran yang ada di sekolah oleh pelajar,” terangnya.
Latifah menjelaskan, mahasiswa datang ke perpusda untuk kerja kelompok atau mencari materi mengerjakan skripsi dan tugas. Biasanya buku-buku yang dibaca atau dipinjam seperti buku IT, agama, keperawatan, kesehatan, dan sebagainya. ”Pengadaan buku sesuai request supaya tidak mubazir. Di samping itu, melihat buku yang sering dipinjam oleh pengunjung,” ungkapnya.
Perpustakaan dilengkapi internet, ruang baca khusus anak (matras bergambar). Inovasi yang dilakukan bekerja sama dengan sekolah. Pengunjung yang tidak punya kartu tanda anggota (KTA) hanya bisa dibaca di tempat. Kalau punya, bisa pinjam untuk dibawa pulang.
”Dua unit mobling beroperasi tiap hari selama lima hari. Sasarannya ponpes, sekolah swasta dan negeri yang difokuskan ke perdesaan. Kalau di perkotaan langsung ke perpusda,” pungkasnya.
Anggota DPRD Bangkalan Nur Hasan meminta eksekutif berbenah dan meningkatkan minat baca. Pada hari libur bisa mengoperasikan mobling ke lokasi keramaian. ”Misalnya ke stadion atau alun-alun. Jangan hanya menyajikan buku di perpustakaan,” pinta politikus PPP itu.