Bulan ini masuk masa akhir panen tembakau. Stok tembakau milik petani juga tinggal. Bahkan, beberapa perusahaan sudah menyetop pembelian tembakau.
EMPAT perusahaan rokok menghentikan pembelian tembakau petani sejak September. Hal itu diketahui berdasar laporan yang diterima Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Pamekasan. Keempatnya adalah PT Wismilak, PT Sukun, PT Grendel, dan CV Daun Emas.
Informasi itu disampaikan Kepala Bidang (Kabid) Pembinaan dan Perlindungan Disperindag Pamekasan Imam Hidayat. PT Wismilak melaporkan tutup gudang pada Kamis (22/9). Kemudian, disusul PT Grendel pada Senin (26/9). Dua hari kemudian, Rabu (28/9), PT Sukun dan CV Daun Emas pada Jumat (30/9).
Salah satu alasan keempat pabrikan berhenti melakukan pembelian tembakau karena harga terlalu mahal. Selain itu, tembakau yang masuk pabrik dinilai tidak sesuai dengan yang diinginkan. ”Tembakau yang masuk pabrik tidak sesuai dengan kebutuhan,” ucap Imam.
Sementara PT Gudang Garam, PT Djarum, PT Sadhana Arifnusa, dan PT Alliance One Indonesia (AOI) sebagai supplier PT Hanjaya Mandala Sampoerna masih membuka pembelian. ”Pabrikan ini akan tetap melakukan aktivitas pembelian selama kualitas tembakau sesuai dengan keinginan mereka,” katanya.
Imam meminta perusahaan yang akan menghentikan pembelian tembakau segera melapor. Tujuh hari sebelum penutupan pabrik, surat perusahaan sudah diterima. Begitu juga perusahaan yang akan melakukan pembelian kembali diminta melapor.
Wakil Komisi II DPRD Pamekasan Ismail A. Rahim tidak mempersoalkan beberapa pabrikan yang menghentikan pembelian. Sebab, stok tembakau petani tinggal sedikit. ”Jadi, tidak ada masalah. Sekarang tembakau yang ada di lapangan tinggal enam persen. Apalagi, beberapa pabrikan besar masih tetap buka,” tandasnya.
Penurunan kualitas tembakau diakui Rosyidi, petani tembakau asal Desa Tobai Tengah, Kecamatan Sokobanah, Sampang. Kualitas daun tembakau yang dihasilkan tahun ini tidak begitu bagus. Lebih tipis dan mudah membusuk saat pemeraman.
”Kalau daun tipis, otomatis pemeramannya tidak sempurna. Kalaupun terlalu lama bisa membusuk dan harus dilakukan perajangan meskipun daun tembakau belum matang,” jelasnya kemarin (5/10).
Rosyidi mengatakan, mayoritas tembakau petani dirajang meski daun belum matang sempurna. Menurut dia, faktor utama yang menyebabkan kualitas tembakau Sampang tidak bagus adalah cuaca. Sejak awal tanam hingga siap dipanen, tanaman tembakau sering diguyur hujan. ”Seandainya awal tanam hingga panen tidak ada hujan, daun tembakau lebih tebal dan kualitasnya lebih bagus,” katanya.
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Disperta KP) Sampang Suyono mengatakan hal yang sama. Cuaca memang memengaruhi kualitas tembakau. Tidak heran jika tahun ini tanaman tembakau warga tidak begitu bagus.
Lokasi lahan yang ditanami tembakau juga berpengaruh. Tembakau di wilayah pegunungan lebih bagus dibandingkan di dataran rendah atau persawahan. Daya tahan tembakau yang ditanam di wilayah pesisir kurang bagus.
Untuk menghasilkan produk tembakau yang baik, petani perlu memperhatikan varietas tanaman tembakau. Sebab, tidak semua varietas cocok ditanam di Kabupaten Sampang. Varietas yang cocok untuk ditanam di Madura adalah prancak.
Jenis tembakau asal Sumenep itu memiliki kualitas lebih bagus dan cocok dengan tekstur tanah di Madura. Pemilihan pupuk juga sangat mendukung kualitas tembakau. ”Pupuk ZK itu untuk membuat tekstur tanah lembap, komel, dan cocok untuk tembakau,” terang Suyono. (c2/za/han)