28 C
Madura
Monday, May 29, 2023

Anjangsana Direktur JPRM ke Pengusaha di Madura (2)

Dunia usaha selalu menjanjikan. Tawaran kebebasan finansial selalu menggiurkan. Tak banyak yang bertahan di posisi puncak. Jalan berliku sebelum puncak sebuah keniscayaan.

SEMUA orang punya mimpi untuk sukses. Semua orang berharap mimpinya menjadi nyata. Tapi, tak semua orang berusaha dengan kadar maksimal untuk mencapai sukses. Tak semua orang mampu bertahan.

Dari sedikit orang yang bertahan itu memang nama HM. Sholehodin cukup populer. Nama beken di dunia konstruksi regional Jawa Timur itu punya kisah panjang. Cerita sukses di usia mudanya bagai cerita yang tak berkesudahan.

Cerita sukses HM. Sholehodin, pemilik PT Dua Putri Kedaton, bisa menjadi inspirasi tersendiri. Bisa menjadi cerita yang akan melahirkan spirit. Sebuah spirit dalam lakon hidup yang kerap banyak jeda. Pada titik yang membentang cerita si kaya dan si miskin.

H Sholeh kecil ternyata lahir dari rahim keluarga kurang beruntung. Bapak dan ibunya bukan pejabat. Bukan pula orang berpangkat. Meski begitu, bapak ibunya cukup membangkitkan semangat kehidupan.

Sikap pantang menyerah dari keluarga kurang beruntung itu ternyata menjadi fondasi hidup dan kehidupan H Sholeh selanjutnya.

”Banyak keteladanan dari bapak dan almarhum ibu saya. Dari kecil saya sudah diajari kerja keras, pantang menyerah,” katanya saat bincang santai dengan Direktur JPRM Abd. Aziz dan General Manager RadarMadura.id Akhmadi Yasid Selasa (1/10).

Baca Juga :  Dana Hibah Tembus Rp 218,5 Miliar

Sikap dan keteladanan itulah yang terus dirawat H Sholeh. Terutama dalam kaitannya dengan usaha. Seperti cerita kecilnya, usaha di dunia konstruksi tak berjalan mulus seperti harapannya. Selalu ada rintangan dan hambatan dalam usahanya. Tapi, rintangan dan hambatan itu justru yang akhirnya menguatkan.

”Sering saya awalnya harus bertarung dengan pengusaha kakap dari Surabaya. Mata sipit itu umumnya sudah lama dengan proyek strategis. Tapi saya tak kalah akal, saya berpikir saat mereka sudah berhenti berpikir,” tuturnya panjang lebar.

Bapak tiga anak ini tak jarang memutar otak untuk bisa menang proyek. Termasuk dengan cara-cara ”luar biasa” pun kadang harus dilakukan. Misalnya dengan menyebut dirinya adalah putra daerah yang lahir di lokasi proyek itu.

”Saya pernah bilang, tempat lahir saya di lokasi proyek itu. Dari sana mata sipit lalu memberikan proyeknya ke saya,” akunya sambil tertawa kecil.

H Sholeh kadang merasa geli sendiri kalau melihat orang lain yang menemuinya dengan sikap berlebihan. Baik itu LSM atau wartawan yang datang hanya untuk menakut-nakuti. ”Mereka tidak tahu kalau saya lebih dulu seperti mereka,” sambungnya menimpali lalu tertawa lepas.

Baca Juga :  Program Pesantrenpreneur Dorong Kemandirian dan Gerakkan Perekonomian

Menjadi pengusaha harus siap jatuh bangun. Beberapa kali kalah tender tak membuat H Sholeh patah semangat. Termasuk ketika harus melakoni pekerjaan yang terkadang kurang beruntung.

Baginya, untuk mencapai derajat pengusaha dengan kebebasan finansial, cerita berliku sudah lebih dulu dialami. Tanpa cerita berliku, kata H Sholeh, mustahil pengusaha mencapai titik puncak. Mencapai kebebasan waktu dengan finansial memadai.

H Sholeh mengaku akan terus berada di jalurnya. Dirinya percaya, usaha apa pun memang harus terus dikendalikan penuh. Saat ini dirinya terus mengajari seluruh karyawannya agar memiliki semangat kerja keras.

”Pengusaha terpenting juga harus komitmen dalam hal apa pun. Tanpa komitmen akan sulit. Makanya, saya senang kalau ada anak muda mau usaha, mau gigih bekerja, tekun juga dan harus komit,” bebernya.

Tanpa terasa bincang santai dengan H Sholeh berlangsung hampir dua jam. Banyak cerita lain yang disampaikan. Tak jarang bincang santai itu berujung tertawa lepas. Terutama untuk cerita lucu. Tapi biarlah lucunya itu kami yang menikmati. (bersambung/akhmadi yasid)

Dunia usaha selalu menjanjikan. Tawaran kebebasan finansial selalu menggiurkan. Tak banyak yang bertahan di posisi puncak. Jalan berliku sebelum puncak sebuah keniscayaan.

SEMUA orang punya mimpi untuk sukses. Semua orang berharap mimpinya menjadi nyata. Tapi, tak semua orang berusaha dengan kadar maksimal untuk mencapai sukses. Tak semua orang mampu bertahan.

Dari sedikit orang yang bertahan itu memang nama HM. Sholehodin cukup populer. Nama beken di dunia konstruksi regional Jawa Timur itu punya kisah panjang. Cerita sukses di usia mudanya bagai cerita yang tak berkesudahan.


Cerita sukses HM. Sholehodin, pemilik PT Dua Putri Kedaton, bisa menjadi inspirasi tersendiri. Bisa menjadi cerita yang akan melahirkan spirit. Sebuah spirit dalam lakon hidup yang kerap banyak jeda. Pada titik yang membentang cerita si kaya dan si miskin.

H Sholeh kecil ternyata lahir dari rahim keluarga kurang beruntung. Bapak dan ibunya bukan pejabat. Bukan pula orang berpangkat. Meski begitu, bapak ibunya cukup membangkitkan semangat kehidupan.

Sikap pantang menyerah dari keluarga kurang beruntung itu ternyata menjadi fondasi hidup dan kehidupan H Sholeh selanjutnya.

”Banyak keteladanan dari bapak dan almarhum ibu saya. Dari kecil saya sudah diajari kerja keras, pantang menyerah,” katanya saat bincang santai dengan Direktur JPRM Abd. Aziz dan General Manager RadarMadura.id Akhmadi Yasid Selasa (1/10).

- Advertisement -
Baca Juga :  Pengacara Ketua PC NU Pamekasan Datangi Mapolda Jatim

Sikap dan keteladanan itulah yang terus dirawat H Sholeh. Terutama dalam kaitannya dengan usaha. Seperti cerita kecilnya, usaha di dunia konstruksi tak berjalan mulus seperti harapannya. Selalu ada rintangan dan hambatan dalam usahanya. Tapi, rintangan dan hambatan itu justru yang akhirnya menguatkan.

”Sering saya awalnya harus bertarung dengan pengusaha kakap dari Surabaya. Mata sipit itu umumnya sudah lama dengan proyek strategis. Tapi saya tak kalah akal, saya berpikir saat mereka sudah berhenti berpikir,” tuturnya panjang lebar.

Bapak tiga anak ini tak jarang memutar otak untuk bisa menang proyek. Termasuk dengan cara-cara ”luar biasa” pun kadang harus dilakukan. Misalnya dengan menyebut dirinya adalah putra daerah yang lahir di lokasi proyek itu.

”Saya pernah bilang, tempat lahir saya di lokasi proyek itu. Dari sana mata sipit lalu memberikan proyeknya ke saya,” akunya sambil tertawa kecil.

H Sholeh kadang merasa geli sendiri kalau melihat orang lain yang menemuinya dengan sikap berlebihan. Baik itu LSM atau wartawan yang datang hanya untuk menakut-nakuti. ”Mereka tidak tahu kalau saya lebih dulu seperti mereka,” sambungnya menimpali lalu tertawa lepas.

Baca Juga :  Dana Hibah Tembus Rp 218,5 Miliar

Menjadi pengusaha harus siap jatuh bangun. Beberapa kali kalah tender tak membuat H Sholeh patah semangat. Termasuk ketika harus melakoni pekerjaan yang terkadang kurang beruntung.

Baginya, untuk mencapai derajat pengusaha dengan kebebasan finansial, cerita berliku sudah lebih dulu dialami. Tanpa cerita berliku, kata H Sholeh, mustahil pengusaha mencapai titik puncak. Mencapai kebebasan waktu dengan finansial memadai.

H Sholeh mengaku akan terus berada di jalurnya. Dirinya percaya, usaha apa pun memang harus terus dikendalikan penuh. Saat ini dirinya terus mengajari seluruh karyawannya agar memiliki semangat kerja keras.

”Pengusaha terpenting juga harus komitmen dalam hal apa pun. Tanpa komitmen akan sulit. Makanya, saya senang kalau ada anak muda mau usaha, mau gigih bekerja, tekun juga dan harus komit,” bebernya.

Tanpa terasa bincang santai dengan H Sholeh berlangsung hampir dua jam. Banyak cerita lain yang disampaikan. Tak jarang bincang santai itu berujung tertawa lepas. Terutama untuk cerita lucu. Tapi biarlah lucunya itu kami yang menikmati. (bersambung/akhmadi yasid)

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru

/