JAKARTA – Ketua MPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet) mengingatkan bahaya informasi hoaks pada masa pandemi Covid-19. Hal itu, disampaikan Bamsoet usai mengukuhkan pengurus pusat Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI) di gedung Dewan Pers, Jakarta, Rabu (25/11).
Menurut Bamsoet, Kementerian Kominfo mencatat hingga 20 Oktober lalu, terdapat 2.020 konten ‘infodemik. Ribuan konten berisi informasi menyesatkan/hoaks itu terkait pandemi Covid-19 dan beredar di media sosial. Saking bahayanya, Direktur Jenderal Badan Kesehatan Dunia (WHO), Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus, memberi peringatan keras.
“Infodemik dinilai bisa lebih berbahaya dari virus Covid-19 itu sendiri. Karena, informasi menyesatkan yang demikian cepat menyebar, menjadikan publik kesulitan mengidentifikasi hal yang benar dan yang salah. Sehingga menyikapi dan menindaklanjuti informasi tersebut dengan cara yang juga salah,” papar Bamsoet.
Kepala Badan Bela Negara FKPPI ini menambahkan, pandemi Covid-19 juga telah berdampak pada semua sektor kehidupan. Tidak terkecuali dunia jurnalisme. Di mana pandemi berdampak nyata bagi bisnis media, yang pada akhirnya juga bermuara pada kesejahteraan jurnalis.
“Dengan berbagai keterbatasan gerak dan berbagai tantangan yang dihadapi, saya sangat berharap insan media tetap mengedepankan profesionalisme. Menyajikan muatan pemberitaan yang mencerdaskan, dan memprioritaskan kepentingan publik,” pesan Bamsoet.
Bamsoet menaruh harapan besar kepada JMSI. Keberadaan JMSI diharapkan semakin melengkapi berbagai entitas kelembagaan pers yang telah lahir sebelumnya. Seperti Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), Aliansi Jurnalis Independen (AJI), dan Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI).
“JMSI yang dideklarasikan pada 8 Februari 2020 di Banjarmasin, lahir dari keinginan kuat para pengelola media siber di berbagai daerah untuk membangun ekosistem pers yang sehat dan profesional. Tujuan dan niat mulia tersebut patut didukung segenap pemangku kepentingan, terutama para insan pers,” tegasnya.
Ketua DPR RI ke-20 ini meyakini, pers ‘sehat’ yang menyajikan informasi secara akurat, objektif, dan berimbang, pada gilirannya akan mendorong terwujudnya masyarakat yang ‘sehat’. Yaitu masyarakat yang ‘melek’ pengetahuan dan bijak dalam menyikapi informasi.
“Hadirnya pemberitaan yang sehat juga dapat menjadi penyeimbang sekaligus filter atas masih maraknya informasi menyesatkan. Informasi sesat itu tersebar melalui berbagai platform media sosial. Baik yang bersifat mis-informasi, dis-informasi, maupun mal-informasi,” pungkas Bamsoet. (*)