BANGKALAN, Jawa Pos Radar Madura – Ada banyak masalah kesehatan yang harus diwaspadai masyarakat. Salah satunya stroke. Untuk itu, masyarakat harus mengenali gejala yang dapat mengakibatkan stroke.
Dokter Spesialis Saraf RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu (Syamrabu) Bangkalan dr. Zainal Abidin, Sp.S menyampaikan, stroke semakin menjadi masalah serius di seluruh dunia. Sebab, stroke dapat mengakibatkan kematian, cacat fisik, dan mental. ”Stroke itu bisa terjadi pada usia produktif maupun usia lanjut,” terangnya kemarin (30/4).
Gejala stroke yang umum diketahui masyarakat hanya kelumpuhan. Padahal, banyak yang muncul tanpa disadari. Di antaranya, pusing atau vertigo dan nyeri kepala. Namun, dua gejala itu sering diabaikan oleh masyarakat. ”Kebanyakan kasus datang ke fasilitas kesehatan setelah terjadi kecacatan,” ujarnya.
Dokter yang juga penanggung jawab Poli Diagnostik Saraf RSUD Syamrabu itu menjelaskan, stroke disebabkan kelainan atau kondisi yang membuat seseorang rentan terhadap serangan stroke. Faktor risiko stroke antara lain umur, ras atau etnik, genetik, diabetes melitus, dan hipertensi. Kemudian, dislipidemia, atrial fibrilasi, merokok, obesitas, dan minimnya aktivitas fisik.
”Deteksi dini terhadap individu yang memiliki risiko tinggi mengalami stroke sangat penting. Sebab, stroke dapat menyerang kapan saja dengan resiko yang sangat berbahaya,” jelasnya.
Alat deteksi stroke maupun penyakit pembuluh darah yang sering digunakan adalah computerized tomography scan (CT scan) dan magnetic resonance imaging (MRI). Namun, dua alat itu tidak bisa melihat aliran darah secara langsung.
Karena itu, alat yang tepat untuk memeriksa aliran di darah otak adalah transcranial doppler (TCD). Menurut Zainal, TCD merupakan perangkat diagnostik yang dapat digunakan untuk menilai perubahan hemodinamik otak. Pemeriksaan menggunakan TDC bersifat non invasif, memiliki akurasi yang bagus, dan tidak menggunakan radiasi.
”Dapat dilakukan berkali-kali saat dibutuhkan monitoring dan memiliki modalitas tinggi yang dapat menilai aliran darah di dalam sirkulus willisi dan sistem vertebrobasilar,” katanya.
TCD dapat digunakan untuk mendeteksi stenosis, oklusi, atau emboli sirkulasi pada arteri intrakranial mayor, dan pemantauan terapi trombolitik pada pasien stroke akut. Kemudian, dapat mendeteksi migrain dengan menilai indeks vascular migrain dan deteksi adanya right to left shunt pada kasus dengan kecurigaan patent foramen ovale (PFO) memalui pemeriksaan TCD bubble contrast.
Penggunaan TCD juga dianjurkan pada orang-orang yang mempunyai faktor risiko stroke yang tinggi. Misalnya, penderita hipertensi, diabetes, kolesterol tinggi, lansia, dan perokok aktif. ”Juga masyarakat nyeri kepala kronis, pusing atau vertigo yang menahun,” tukasnya. (jup)