BANGKALAN, Jawa Pos Radar Madura – Demam berdarah dengue (DBD) harus diwaspadai saat musim hujan seperti saat ini. DBD banyak ditemukan di daerah tropis dan subtropis seperti di Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
Dokter Spesialis Penyakit Dalam RSUD Syamrabu Bangkalan Yasmita Rahajeng menjelaskan, DBD disebabkan oleh virus dari family flaviviradae. Virus itu dibawa dan disebarkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Gejala yang ditimbulkan dari DBD yaitu demam tinggi 39–40 derajat.
”Biasa terjadi antara empat sampai enam hari,” jelas alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya itu kemarin (26/12).
Selain itu, sesorang yang terjangkit DBD akan mengalami sakit kepala, nyeri otot, sendi, dan diikuti adanya tanda-tanda perdarahan. Seperti, bintik-bintik merah di kaki atau tangan, mimisan, gusi berdarah, ataupun buang air besar berwarna hitam. ”Apabila seorang pasien sudah mengalami gejala seperti itu, harus dilakukan pemeriksaan laboratorium. Sehingga, akan ditemukan peningkatan hematokrit, penurunan leukosit, kadang disertai dengan penurunan trombosit dan juga peningkatan enzim liver,” paparnya.
Ada beberapa tindakan yang harus dilakukan jika terdapat anggota keluarga yang mengalami gejala. Yaitu, segera dibawa ke fasilitas kesehatan (faskes), seperti puskesmas terdekat ataupun rumah sakit. Tujuannya, untuk mendapatkan perawatan dan penanganan medis yang maksimal.
”Jika terlambat dibawa ke faskes, dapat menyebabkan timbulnya komplikasi, berupa penurunan kesadaran, perdarahan hebat, terakumulasinya cairan di paru disertai dengan gagal napas dan jatuh ke kondisi shock, bahkan bisa berujung kepada kematian,” tutur dokter berjilbab itu.
Untuk mengantisipasi adanya anggota keluarga yang terjangkiti DBD, maka harus melakukan pencegahan dengan cara gerakan 3M plus. Yaitu menguras, menutup, dan mengubur. Menguras, artinya membersihkan tempat-tempat penampungan air seperti bak mandi, kendi, toren air, drum, dan tempat penampungan air lainnya.
Kemudian, menutup kembali tempat-tempat penampungan air yang telah dikuras. Terakhir, mengubur barang-barang bekas yang berpotensi menjadi sarang atau tempat nyamuk berkembang biak. Contohnya, kaleng bekas yang terdapat di halaman rumah.
Sementara plus-nya yaitu, berupa tindakan tambahan berupa memelihara ikan pemakan jentik nyamuk, menggunakan obat antinyamuk saat tidur, dan memasang kawat kasa pada jendela dan ventilasi. Lalu, memberikan larvasida pada penampungan air yang susah dikuras dan tidak menaruh pakaian kotor sembarangan.
”Salah satu yang paling penting lagi, semangat gotong royong dalam membersihkan lingkungan,” pungkasnya.