BANGKALAN – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bangkalan digerojok anggaran Rp 3,3 miliar di 2019 untuk pengentasan stunting di Kota Salak. Dana jumbo tersebut bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) 2019.
Sekretaris Dinkes Bangkalan Moh. Rasuli membenarkan angka penderita stunting di Kota Salak memang cukup tinggi. Penderita stunting disebabkan lingkungan yang kurang sehat dan kekurangan gizi pada waktu hamil.
Menurut dia, stunting dapat memengaruhi kecerdasan seorang anak. Penderita stunting tidak dapat disembuhkan. ”Pola pikirnya biasanya rendah,” ungkap dia Minggu (23/12).
Anggaran Rp 3,3 miliar itu akan diprioritaskan peningkatan gizi. Harapannya berdampak pada peningkatan kecerdasan anak. ”Kalau sudah menderita, otomatis hanya gizinya yang ditambah,” ujarnya.
Dinkes akan menekan penderita stunting melalui pemberian obat penambah gizi kepada ibu hamil (bumil). Dengan begitu, bumil dapat memenuhi gizi yang cukup.
Rasuli berjanji akan membentuk tim advokasi pengentasan stunting. Serta, akan diperbanyak sosialisasi kepada perempuan, utamanya ibu hamil (bumil).
Rasuli mengimbau agar bumil dapat menjaga kesehatan lingkungannnya dan asupan gizi harus cukup. Bumil juga harus rutin melakukan pemeriksaan kandungan. ”Yang penting jaga kesehatan lingkungan dan rutin periksa,” imbaunya.
Di tempat terpisah, Ketua Komisi D DPRD Bangkalan Nurhasan meminta dinkes menuntaskan permasalahan stunting di Kota Salak. Dia mengingatkan agar pengentasan stunting dengan anggaran Rp 3,3 miliar bisa memberikan dampak yang nyata. ”Program anggaran sebesar itu harus tepat,” pintanya.
Nurhasan berjanji akan mengawasi soal pengentasan stunting. Menurut dia, adanya laporan pertanggungjawaban (LPj) tidak menjadi ukuran kesuksesan program yang dilaksanakan. ”Dampak dari program tersebut bukan hanya atas dasar LPj,” tukasnya. (jup)