BANGKALAN – Penerimaan peserta didik baru (PPDB) SMA negeri di Bangkalan akan dimulai pekan ketiga Juni. Pagu penerimaan siswa baru di sepuluh sekolah sudah diajukan. Total kebutuhannya mencapai 2.098 kursi.
Kasi SMA dan PK-PLK Cabang Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur (Jatim) Wilayah Bangkalan Moh. Fauzi mengaku telah menerima usulan pagu PPDB di sepuluh SMAN. Usulan itu kemudian diajukan ke Dinas Pendidikan (Dispendik) Jatim. ”Biasanya pagu yang diusulkan tidak berubah (disetujui),” ucapnya Minggu (21/5).
Secara akumulatif, pagu PPDB yang diajukan bertambah meski tidak signifikan. Karena rata-rata pagu PPDB yang diajukan sama persis dengan tahun lalu. Kecuali SMAN 1 Kokop dan SMAN 1 Tanjungbumi yang mengajukan penambahan (lihat grafis).
Ada beberapa indikator yang menjadi pertimbangan bagi sekolah dalam menentukan pagu PPDB. Pertama, pemerataan dan pemetaan. Menurutnya, sekolah harus mempertimbangkan jumlah lembaga pendidikan setingkat dan angkatan sekolah.
”Misalnya, ada sekolah yang setiap tahun dapat 3 siswa. Meski pagu yang dibuka 10, dapatnya tidak akan lebih jauh dari tiga atau kurang dari 10,” terangnya.
Penentuan pagu juga harus disesuaikan dengan sarpras. Kuota maksimal siswa dalam satu rombongan belajar (rombel) adalah 36 murid. Juga harus diselaraskan dengan ketersediaan pengajar agar tidak memengaruhi efektivitas pembelajaran.
Apalagi, saat ini semua lembaga pendidikan tidak boleh merekrut tenaga guru honorer. ”Yang aman adalah disesuaikan antara siswa yang lulus dengan yang akan masuk. Karena itu berhubungan dengan SDM (sumber daya manusia),” sambungnya.
Kepala SMAN 1 Tanjungbumi Abdul Wahed mengakui pagu PPDB yang diusulkan naik dibandingkan tahun 2022. Penambahan pagu berdasarkan beberapa pertimbangan. Salah satunya untuk memenuhi jam mengajar bagi guru yang berstatus pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (PPPK). ”Guru PPPK itu membutuhkan minimal 24 jam mengajar dalam seminggu,” ucapnya.
Penambahan pagu juga dilakukan karena animo masyarakat untuk memasukkan anaknya ke lembaga negeri semakin menggeliat pasca pandemi Covid-19. Terlebih, dari sisi sarpras lebih mendukung. ”Kalau saat Covid-19, banyak orang tua memilih memasukkan anaknya ke pondok pesantren,” ujarnya.
Dia mengakui, tidak banyak SMAN tahun lalu yang pagunya terpenuhi. Salah satu yang belum terpenuhi adalah lembaganya. Pada tahun ajaran baru nanti pihaknya yakin kuota kursi yang disiapkan akan terpenuhi secara maksimal.
”Karena kita selama ini banyak melaksanakan kegiatan-kegiatan positif yang disukai masyarakat. Makanya kami yakin bisa menjadi pilihan masyarakat. Apalagi, dengan banyaknya siswa kami yang berprestasi,” katanya. (jup/han)