BANGKALAN – Masyarakat tidak bisa leluasa keluar masuk Kampung Sattoan, Bangkalan. Pasalnya, akses ke permukiman penduduk Kelurahan Pejagan itu ditutup. Penutupan setelah seorang bidan dinyatakan positif Covid-19. Dia beserta dua saudaranya meninggal dunia dalam sebelas hari.
Bidan senior (pensiun) RSUD Syamrabu atas nama Maisura tutup usia Jumat (5/6). Perempuan yang wafat di usia 66 tahun itu merupakan pasien positif ke-71 Covid-19 Bangkalan asal Kelurahan Pejagan.
Duka itu belum usai. Sembilan hari kemudian adik kandungnya, Dewi Purwanti, juga mengembuskan napas terakhir. Dia meninggal dunia saat berstatus pasien dalam pengawasan (PDP) pada umur 49 tahun. Perempuan yang tutup usia pada Minggu (14/6) belum sempat pemeriksaan swab.
Lagi-lagi keluarga ini kehilangan satu anggota keluarganya pada Selasa malam (16/6). Siti Musarrofah, adik kandung Maisura yang lain, juga meninggal dunia. Perempuan 57 tahun tersebut meninggal saat menyandang status PDP. Hasil swab pengawas SD dinas pendidikan (disdik) itu belum keluar.
Kepala Puskesmas Bangkalan dr Daniar Sukmawati mengutarakan, kemungkinan terjadi penularan sangat besar. Sebab, tiga warga Kelurahan Pejagan itu merupakan saudara. Maisura, pasien positif Covid-19 lebih dulu meninggal dunia. ”Jarak meninggalnya Bu Maisura dengan adik-adiknya sangat berdekatan,” kata dia kemarin (17/6).
Menurut Daniar, dari tiga bersaudara itu, hanya Maisura yang positif Covid-19. Sementara kedua adiknya belum tentu positif karena masih status PDP. ”Kalau adiknya yang bernama Dewi Purwanti belum sempat diswab. Hanya, pemakamannya pakai protokol kesehatan,” tuturnya.
Dia menyatakan, sekarang ini terus dilakukan tracing. Terutama, keluarga besarnya yang pernah ada kontak fisik. Sebab, pihaknya tidak ingin terjadi penularan yang berkepanjangan. ”Anak kandung dari Bu Maisura juga positif Covid-19. Saat ini tengah menjalani isolasi di balai diklat,” jelasnya.
Daniar memaparkan, kepada pihak-pihak yang ditengarai berpeluang tertular langsung dilakukan tes swab. Seperti adik mereka yang berinisial HS langsung diswab. ”Termasuk keluarga yang lain,” paparnya.
Daniar mengimbau masyarakat untuk tetap menjalankan protokol kesehatan. Jaga jarak, pakai masker, dan selalu cuci tangan. ”Mari lebih waspada dan jaga kesehatan kita masing-masing supaya terhindar dari virus. Karena virus ini benar-benar berbahaya,” katanya.
Selain penutupan akses jalan, tim gabungan yang terdiri atas kodim, polres, dinkes, dan BPBD turun ke Kampung Sattoan kemarin. Mereka melakukan penyemprotan cairan disinfektan.
Sementara itu, RSUD Syamrabu Bangkalan mendapatkan bantuan satu alat swab berupa polymerase chain reaction (PCR). Namun, rumah sakit pelat merah tersebut belum bisa mengoperasikan. Alasannya, perlu dilakukan setting ruangan dan petugas yang mumpuni.
Bupati Bangkalan Abdul Latif Amin Imron mengutarakan, tiga hari yang lalu pihak rumah sakit dapat undangan dari Pemprov Jatim. Undangan tersebut dalam rangka pemberian bantuan alat swab. ”Dari beberapa kabupaten/kota di Jatim yang diundang, Bangkalan salah satunya,” kata dia.
Menurut bupati, alat swab itu diharapkan segera bisa beroperasi. Tidak perlu ke Surabaya dan butuh waktu lama untuk mengetahui hasil pemeriksaan swab. ”Kalau sudah punya alat swab sendiri kan enak. Status pasien bisa cepat diketahui,” ujarnya.
Wakil Direktur RSUD Syamrabu Bangkalan dr Farhat Suryaningrat menyampaikan, alat swab bantuan dari pemprov sudah ada di rumah sakit. Tetapi, sampai sekarang belum bisa beroperasi. ”Ini kan alat baru. Tentu perlu adaptasi. Harus setting ruangan dulu,” katanya.
Selain itu, pegawai di rumah sakit belum bisa mengoperasikan. Maka dari itu, pihaknya akan mengirim tenaga kesehatan ke Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) Surabaya untuk dilatih.
Diperkirakan dua pekan bisa mengoperasikan dengan mahir. ”Sekarang ini masih proses menyiapkan ruangan. Karena memang harus steril,” terangnya.
Farhat menyatakan, rentan terjadi penularan sangat besar. Karena itu, segala kemungkinan terburuk harus diantisipasi. ”Terutama keberadaan ruang swab PCR,” sebutnya.
Dokter spesialis kulit dan kelamin itu menambahkan, dengan adanya alat swab PCR, rumah sakit tidak akan overload. Tidak akan terjadi penumpukan pasien. ”Selama ini yang bikin rumah sakit penuh itu karena (pasien) terlalu lama menunggu hasil swab,” katanya.