Sudah setahun almarhum RKH Fuad Amin Imron meninggalkan Kota Zikir dan Salawat. Namun, peran dan kontribusinya masih terasa. Terutama, dalam bidang pembangunan.
Cicit dari Syaichona Moh. Cholil itu pernah memimpin Kabupaten Bangkalan selama 10 tahun (2003–2013). Dia mampu mengubah wajah Kota Bangkalan menjadi lebih maju.
Sebut saja pembangunan Stadion Gelora Bangkalan (SGB), Mal Bangkalan Plaza (Banplaz), GOR Saka, Pasar Tradisional Ki Lemah Duwur, dan Gedung Pertemuan Rato Ebuh. Termasuk memberikan ide pembangunan Pelabuhan Peti Kemas Klampis yang kini masuk dalam proyek nasional sesuai Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 80 Tahun 2019.
Tidak hanya itu, Fuad Amin juga mempersiapkan pembangunan Jembatan Suramadu pada 2009. Pembebasan lahan berhektare-hektare di area Suramadu dengan mudah diselesaikan sehingga memperlancar terealisasinya pembangunan Jembatan Suramadu.
Sampai sekarang, perjuangan Fuad Amin masih dikenang masyarakat Bangkalan. Termasuk, beberapa tokoh di Bangkalan.
Salah satunya, anggota DPR RI Syafiuddin Asmoro. Menurut dia, sosok Fuad Amin merupakan tokoh karismatik. Tokoh yang bisa merangkul semua elemen. Bisa dekat dengan ulama, juga merangkul kalangan belater. ”Sampai detik ini, belum ada penggantinya. Dia memang lain daripada yang lain,” ungkapnya.
Fuad Amin juga tokoh yang tegas dan kemauannya keras. Terbukti, pada 2008, dia berhasil memindahkan Pasar KLD ke Jalan Halim Perdanakusuma. Padahal, pasar tradisional yang semula ada di jantung kota itu penuh risiko dan kepentingan.
”Kalau bukan Fuad Amin nggak bisa. Tapi, sekarang bisa dirasakan. Jantung kota lebih indah. Dulu Pasar KLD yang di Gedung Rato Ebuh,” ujarnya.
Pengusaha scraping kapal Tanjung Priok, Jakarta Utara, Abdul Hafidz mengatakan, Bangkalan memang butuh sosok seperti Fuad Amin. Selama memimpin, rasa aman cukup terasa. Kemudian, sejak kepemimpinannya, pembangunan di pelosok-pelosok desa merata.
”Dulu, mana ada jalan di desa itu bagus. Terus jembatan juga. Tapi, berkat dia, pembangunan mulai ke desa. Tidak hanya di kota,” terang pria asal Desa Bulung, Klampis, itu.
Sebagai orang luar Bangkalan, Abdul Hafidz sangat bangga Bangkalan pernah memiliki pemimpin seperti Fuad Amin. Sebab, dia mampu menyatukan kepala desa dan belater.Dia juga bisa mempersatukan pengusaha-pengusaha di luar Pulau Madura. ”Itu yang tidak bisa ditemukan dari tokoh-tokoh yang lain,” ucapnya.
Ketua PC NU Bangkalan KH Makki Nasir mengutarakan, terlepas pro-kontra Fuad Amin, itu hal wajar titik kelemahannya sebagai manusia. Namun, di sisi lain banyak hal positif yang perlu dicontoh. Terutama hal ketegasan dalam mengambil keputusan untuk pembangunan daerah.
Kemudian, kecintaan Fuad Amin terhadap Kabupaten Bangkalan sangat besar. Hal itu ditunjukkan dengan identitasnya sebagai orang Madura. ”Dia menjaga betul budaya lokal yang berkaitan erat dengan keagamaan. Dia sangat menjaga,” tuturnya.
Presiden K-Conk Mania Jimhur Saros menyampaikan, sebenarnya untuk mengupas tuntas sosok Fuad Amin, butuh berhari-hari. Intinya, Fuad Amin merupakan tokoh bertangan dingin. Dia bisa lemah lembut, tapi juga bisa keras seperti baja.
”Sebagai contoh sederhana, dia bangun SGB. Padahal, kita tahu Bangkalan belum punya klub,” ujarnya.
Tetapi, Fuad Amim mampu membaca ke depan. Dalam kesempatan tertentu, dia sempat mengatakan bakal membangun stadion yang bertaraf internasional. ”Terbukti sekarang. Meski, hanya dibuat venue latihan, klub-klub dunia berlatih di SGB kita nanti,” paparnya.
Kontraktor RH Zulkifli mengatakan, kini genap setahun perginya sang tokoh Bangkalan RKH Fuad Amin. Terlalu banyak sebutan yang bisa disematkan. Sepak terjangnya di pemerintahan banyak dikenal dan dikenang masyarakat.
”Sudah banyak bupati yang memimpin Bangkalan. Namun, yang bisa saya catat beliau yang bisa mengubah wajah Kota Bangkalan menjadi lebih cantik,” sebutnya.
Misalnya, membuat Bangkalan lebih terang dengan penerangan jalan umum (PJU). Kemudian, teriakan K-Conk Mania selalu menggema di SGB setiap momentum pertandingan. ”Semua itu karena jasanya. Pemimpin sekarang tinggal melanjutkan saja,” ucapnya.
Ketua Asosiasi Kepala Desa (AKD) Bangkalan Moh. Taufan mengaku salut atas kepemimpinan Fuad Amin. Sebab, sepuluh tahun memimpin Kota Salak, dia sangat peduli terhadap pembangunan di desa. Di sisi lain, dia juga bisa mempersatukan Kades di Bangkalan.
”Tidak bisa diragukan kalau urusan perhatiannya ke desa. Terutama, di bidang pembangunan,” katanya.
Hal senada juga disampaikan Rektor UTM Muh. Syarif. Dalam momentum peringatan haul RKH Fuad Amin Imron, dia sebagai figur pemersatu dan figur yang tegas dalam memimpin. Juga sebagai figur penggerak pembangunan.
”Selain itu, dia merupakan figur yang sangat peduli terhadap dunia pendidikan dan dunia pesantren,” ungkap Syarif.
Wabup Bangkalan Mohni menambahkan, selama 10 tahun memimpin Kabupaten Bangkalan, tidak terhitung prestasi dan penghargaan yang diraih. Namun, penghargaan paling spektakuler pada 2006. Dua tahun memimpin Bangkalan, dia mendapat penghargaan Adipura dengan kategori The Best Effort secara nasional.
”Sangat banyak. Termasuk, urusan ke PU-an. Pada masa beliau, juara 1 nasional ketegori Kota Kecil,” sebut Mohni.
Almarhum merupakan salah seorang panutan yang memiliki obsesi menatap ke depan. Hal-hal yang berkenaan dengan pembangunan Bangkalan dicanangkan sejak 2006 dan terealisasi. Kecuali, Pantai Siring Kemuning lantaran keterbatasan anggaran.
”Tapi seperti SGB, akses Suramadu, TRK, Pasar KLD, Banplaz, pembangunan Jalan Kembar Soekarno-Hatta, dan lainnya,” paparnya.
Mantan ketua DPRD Bangkalan itu juga menggagas pembangunan jalan tembus ke Pesarean Syaichona Moh. Cholil. Sekaligus merenovasi Masjid Syaichona Moh. Cholil, tetapi non-APBD.
”Siapa yang nggak kenal dengan Syaichona Moh. Cholil. Tempat paling menyejukkan yang sering didatangi jamaah dari berbagai daerah. Semua sudah dipikirkannya dan sekarang bisa dirasakan,” tuturnya.
Termasuk, pembangunan RSUD Syamrabu Bangkalan. Semula dia yang merintis hingga dilanjutkan pada masa kepemimpinan RK Moh. Makmun Ibnu Fuad. ”Pokoknya banyaklah yang dibangun untuk Bangkalan,” tandasnya.