BANGKALAN, Jawa Pos Radar Madura – Masyarakat yang memilih berobat ke RSUD Syamrabu Bangkalan dimanjakan dengan sarpras dan SDM yang mumpuni. Apalagi, seiring diterapkannya program universal health coverage (UHC), jumlah pasien terus meningkat. Tetapi, hal tersebut tidak membuat manajemen rumah sakit lengah.
Sebab, tim rehabilitasi medik dan jajaran manajemen rumah sakit terus berusaha meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan prima. Mulai dari segi penambahan jumlah tenaga profesional maupun alat serta ruangan baru.
”Termasuk di antaranya ruangan untuk terapi okupasi dan sensori integrasi serta ruangan terapi wicara,” kata Penanggung Jawab Poli Rehabilitasi Medik dr. Nuryatien Husna, Sp.KFR.
Menurut dia, ada beberapa alat kesehatan (alkes) baru yang dihadirkan oleh manajemen RSUD Syamrabu untuk menunjang mutu pelayanan pasien. Antara lain, radial shock wave therapy (RSWT), high intensity laser (HIL), continuous passive motion (CPM), dan magneto therapy.
Sementara, lanjut dia, untuk alkes yang selama ini sudah ada berupa ultrasound diathermy (USD), combined therapy, trancutaneus electrical nerve stimulation (TENS), dan neuromuscular electrical stimulation (NMES). Kemudian, shortwave diathermy (SWD), infra red (IR), dan static cycle dan pulley.
Perempuan yang biasa dipanggil dokter Husna itu menyatakan, layanan terapi wicara bermanfaat untuk mengembalikan dan meningkatkan kemampuan berkomunikasi. Tujuannya, meningkatkan kualitas hidup.
”Pelayanan terapi wicara yang ada pada poli rehabilitasi medik meliputi gangguan berbahasa pada pasien stroke, pasca cedera kepala, maupun kelambatan bicara pada anak-anak. Termasuk gangguan suara, bicara, gangguan kelancaran atau irama. Misalnya, gagap dan gangguan menelan,” sebutnya.
Sedangkan layanan terapi okupasi berfokus pada upaya mengembalikan kemampuan individu untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Misalnya, makan, minum, berpakaian, termasuk meningkatkan motorik halus dan kemampuan kognitif. ”Misalnya, pada pasien pasca stroke maupun pasca cedera kepala,” terangnya.
Adapun terapi sensori integrasi, kata Husna, itu merupakan bagian dari terapi okupasi. Yakni, layanan terapi dengan target spesifik bagi pasien yang memiliki masalah fisik maupun mental. Terapi sensori integrasi ini juga diperuntukkan pasien anak yang terdiagnosis mengalami gangguan pemrosesan indrawi atau sensory processing disorder.
”Misalnya, gangguan pada spektrum autistik, gagguan pemusatan perhatian, dan kesulitan mengendalikan suasana hati,” ucapnya.
Husna menjelaskan, pemberian terapi sensori integrasi akan memengaruhi perhatian, koordinasi, partisipasi sosial, dan perilaku. Dengan demikian, dapat meningkatkan kualitas hidup di rumah, sekolah, dan komunitas yang lebih luas.
Sementara tim rehabilitasi medik terdiri atas dokter spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi, fisioterapis, terapis wicara, dan terapis okupas. Selain itu, didukung oleh segenap jajaran manajemen RSUD Syamrabu yang terus berusaha meningkatkan pelayanan rehabilitasi medik. ”Yakni, dukungan alkes terbaru sesuai dengan perkembangan zaman dan teknologi,” katanya. (jup/daf)