BANGKALAN – Pelacakan (tracing) terhadap orang yang pernah kontak langsung dengan dua dokter asal Kecamatan Klampis menjadi beban petugas. Pasalnya, dua tenaga medis yang positif Covid-19 itu sempat buka praktik selama masa isolasi mandiri.
Dua orang itu menambah daftar orang positif Covid-19 di Bangkalan. Sebelumnya, seorang pedagang asal Kecamatan Blega yang baru pulang dari Jakarta juga positif. Hingga kemarin (11/4) lima orang Madura terpapar. Dua orang lainnya merupakan warga Pamekasan (lihat grafis).
Perempuan asal Klampis itu merupakan anggota Tim Kesehatan Haji Indonesia (TKHI). Sebelumnya, mengikuti pelatihan Panitia Pelaksana Ibadah Haji (PPIH) di Surabaya pada 9–18 Maret. Kemudian, sang suami tertular. Dengan begitu, saat dilakukan rapid test, keduanya dinyatakan positif.
Seorang warga Kecamatan Klampis mengaku mengetahui bahwa pasutri itu masih sempat membuka praktik di rumah. Padahal, mereka dinyatakan positif berdasar tes cepat hingga diharuskan melakukan isolasi mandiri. ”Tidak diamankan dan dirawat dengan baik,” kata perempuan itu kepada Jawa Pos Radar Madura kemarin (11/4).
Informasi bahwa dua dokter itu tetap buka praktik pada masa isolasi mandiri juga terungkap dalam rapat Tim Gugus Tugas Covid-19 Bangkalan, Sabtu (4/4). Padahal, perintah RSUD Syamrabu wajib melakukan isolasi mandiri.
Mengetahui itu, Kapolres Bangkalan AKBP Rama Samtama Putra pun naik pitam. Dia dengan tegas akan melakukan upaya hukum manakala tetap buka praktik. Sebab, yang bersangkutan harus melakukan isolasi mandiri. ”Kami akan tindak tegas,” kata dia saat itu.
Menurut Rama, isolasi mandiri itu tinggal di rumah. Bukan berarti diperbolehkan buka praktik. Sebab, percuma isolasi mandiri kalau masih buka praktik karena akan berinterakasi dengan pasien. Pada kesempatan itu, Juru Bicara Gugus Tugas Covid-19 Bangkalan Agus Zein juga mengakui bahwa mereka masih buka praktik dan keluar rumah.
Kepala Dinkes Bangkalan Sudiyo mengutarakan, pasutri itu sudah melakukan isolasi mandiri. Isolasi mandiri cukup bagi orang tanpa gejala (OTG). Sehingga tidak perlu dilakukan perawatan intensif di rumah sakit. ”Apalagi yang terkena adalah dokter. Kemungkinan sudah tahu bagaimana cara mengisolasi mandiri dengan baik,” tegasnya kemarin.
Menurut dia, jika memang mereka masih membuka praktik dan tidak mengisolasi diri dengan baik, tentu akan lebih mempersulit petugas. Sampai saat ini sudah dilakukan penelusuran oleh tim surveilans Puskemas Klampis, Puskesmas Bangkalan, dan RSUD Syamrabu. Meski sulit, mereka yang pernah kontak dengan kedua dokter itu tetap harus ditemukan.
”Sampai saat ini penelusuran belum selesai. Masih menunggu rekap data yang sudah ditemukan sementara,” bebernya.
Kasi Survelians dan Imunisasi Dinkes Bangkalan Siska Damayanti Sari mengungkapkan, dampak Covid-19 sudah terdeteksi sejak dilakukan rapid test. Kedua dokter tersebut merupakan tenaga medis di RSUD Syamrabu dan pekerja di RS Lukas. Sejak datang dari pelatihan PPIH dan dinyatakan positif menurut rapid test, mereka tidak bertugas. Sejak saat itu mereka diimbau untuk isolasi mandiri hingga hasil tes selanjutnya keluar.
”Saat ini kami masih melakukan penelusuran untuk menemukan siapa saja yang pernah melakukan kontak langsung dengan pasien OTG tersebut,” tuturnya.
Jubir Tim Satgas Virus Corona RSUD Syamrabu Bangkalan Catur Budi Keswardiono menyatakan, kedua pasien saat ini sudah berada di RSUD. Pasien mendapatkan penanganan tim medis dan berada di ruang isolasi. ”Sejauh ini kondisinya cukup baik, dan masih banyak kesempatan untuk sembuh,” terangnya.
Kepala Puskesmas Klampis Nasaruddin Saleh mengungkapkan, data surveilan hingga sore kemarin sekitar 35 orang. Data tersebut kemungkinan akan bertambah. Sebab, nanti akan dikumpulkan menjadi satu dengan data dari tim surveilan lain. ”35 orang itu meliputi keluarga, kerabat, tetangga, dan beberapa pasien yang pernah berobat kepada yang bersangkutan,” ungkapnya.
Penelusuran masih dilanjutkan. Kemungkinan masih ada pasien lain yang belum terdata. Sebab, informasi yang dia terima masih buka praktik pada masa isolasi mandiri. Karena itu, Puskemas Klampis juga bekerja sama dengan kepala desa untuk memperluas informasi.
”Saya berharap data segera dapat dikumpulkan, agar bisa dilakukan rapid test,” terangnya. (hel)