25.1 C
Madura
Friday, March 24, 2023

Redaktur Budaya JPRM Rangsang Peserta Bimtek Menulis Esai

BANGKALAN-Bimbingan Teknis Komunitas Baca di Bangkalan dipungkasi dengan pelatihan menulis esai di media massa dan media sosial (medsos). Materi tersebut, disampaikan Redaktur Budaya Jawa Pos Radar Madura (JPRM) Lukman Hakim AG.

Pada acara prakarsa Balai Bahasa Jawa Timur itu, Lukman memaparkan materi berjudul ”Menggelitik Keinginan Menulis”. Puluhan peserta yang memenuhi aula SMKN 1 Bangkalan terlihat antusias menyimak materi.

Lukman mengungkapkan, berbagai persoalan kerap menghantui penulis pemula saat hendak berkarya. Mulai pengakuan tidak memiliki ide, sulit memulai karena dibayang-bayangi rasa takut salah, dan mandek di tengah jalan karena kehabisan kata-kata atau bahan. Termasuk, sulit menutup sebuah tulisan.

Menurut Lukman, kesulitan memulai mungkin karena takut salah melabrak teori. Karena itu, mulailah dengan hal yang dianggap paling mudah. Atau, bisa dimulai dengan menulis cerita yang sesuai dengan topik yang dibahas.

Baca Juga :  Dewan Desak Pemkab Tata Ojek Online

”Kalau masalah kehabisan bahan, coba kembali tanyakan pada diri masing-masing, berapa lama ikhlaskan waktu untuk membaca dan berapa lama waktu untuk menulis,” sambung pria yang dikaruniai dua anak ini.

Cara lain yang bisa dilakukan menulis esai adalah dengan membuat kerangka tulisan. Awali dengan bagian pendahuluan yang berisi latar belakang masalah dan tujuan. Kemudian, lanjut ke pembahasan dan penutup. ”Lalu buang poinnya, buat kalimat penyambung. Ini salah satu yang membedakan esai untuk media massa dengan karya tulis seperti makalah,” terangnya.

Lukman berpendapat, 50 peserta pelatihan ini punya modal dasar untuk menjadi penulis. Paling tidak mereka sudah punya keinginan. Keinginan itu yang perlu diasah dan dibuktikan dengan tindakan nyata. Yakni, usaha.

Baca Juga :  Balai Bahasa Jatim Gelar Pelatihan Menulis Esai Sastra dan Budaya

Potensi generasi muda juga terlihat di medsos. Mereka biasa mengunggah cacatan atau status di akun medsosnya. Jika status medsos itu diseriusi tentu akan menjadi sebuah tulisan yang utuh dan menarik. Disarankan, peserta memanfaatkan medsos ke arah yang lebih bermanfaat.

”Berapa kali Anda mengunggah status di medsos? Coba klasifikasikan berdasar masalah, tema, topik lalu olah menjadi sebuah tulisan. Jangan hanya digunakan untuk menampung keluhan seperti meludah sembarangan,” papar Lukman dengan bertanya kepada peserta.

Selain itu, Lukman menjelaskan cara penulis mempublikasikan karyanya di media massa. Setelah pemaparan materi, semua peserta praktik langsung menulis esai di lokasi acara. ”Ide itu mahal. Tapi jangan pelit. Catat dan kembangkan,” pesannya.

BANGKALAN-Bimbingan Teknis Komunitas Baca di Bangkalan dipungkasi dengan pelatihan menulis esai di media massa dan media sosial (medsos). Materi tersebut, disampaikan Redaktur Budaya Jawa Pos Radar Madura (JPRM) Lukman Hakim AG.

Pada acara prakarsa Balai Bahasa Jawa Timur itu, Lukman memaparkan materi berjudul ”Menggelitik Keinginan Menulis”. Puluhan peserta yang memenuhi aula SMKN 1 Bangkalan terlihat antusias menyimak materi.

Lukman mengungkapkan, berbagai persoalan kerap menghantui penulis pemula saat hendak berkarya. Mulai pengakuan tidak memiliki ide, sulit memulai karena dibayang-bayangi rasa takut salah, dan mandek di tengah jalan karena kehabisan kata-kata atau bahan. Termasuk, sulit menutup sebuah tulisan.


Menurut Lukman, kesulitan memulai mungkin karena takut salah melabrak teori. Karena itu, mulailah dengan hal yang dianggap paling mudah. Atau, bisa dimulai dengan menulis cerita yang sesuai dengan topik yang dibahas.

Baca Juga :  Balai Bahasa Bakal Terjemahkan Buku Tora

”Kalau masalah kehabisan bahan, coba kembali tanyakan pada diri masing-masing, berapa lama ikhlaskan waktu untuk membaca dan berapa lama waktu untuk menulis,” sambung pria yang dikaruniai dua anak ini.

Cara lain yang bisa dilakukan menulis esai adalah dengan membuat kerangka tulisan. Awali dengan bagian pendahuluan yang berisi latar belakang masalah dan tujuan. Kemudian, lanjut ke pembahasan dan penutup. ”Lalu buang poinnya, buat kalimat penyambung. Ini salah satu yang membedakan esai untuk media massa dengan karya tulis seperti makalah,” terangnya.

Lukman berpendapat, 50 peserta pelatihan ini punya modal dasar untuk menjadi penulis. Paling tidak mereka sudah punya keinginan. Keinginan itu yang perlu diasah dan dibuktikan dengan tindakan nyata. Yakni, usaha.

Baca Juga :  Ra Lilur Pamit Tidur sebelum Meninggal Dunia

- Advertisement -

Potensi generasi muda juga terlihat di medsos. Mereka biasa mengunggah cacatan atau status di akun medsosnya. Jika status medsos itu diseriusi tentu akan menjadi sebuah tulisan yang utuh dan menarik. Disarankan, peserta memanfaatkan medsos ke arah yang lebih bermanfaat.

”Berapa kali Anda mengunggah status di medsos? Coba klasifikasikan berdasar masalah, tema, topik lalu olah menjadi sebuah tulisan. Jangan hanya digunakan untuk menampung keluhan seperti meludah sembarangan,” papar Lukman dengan bertanya kepada peserta.

Selain itu, Lukman menjelaskan cara penulis mempublikasikan karyanya di media massa. Setelah pemaparan materi, semua peserta praktik langsung menulis esai di lokasi acara. ”Ide itu mahal. Tapi jangan pelit. Catat dan kembangkan,” pesannya.

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru

Kafe Mami Muda Ludes Dilalap Api

/