BANGKALAN-Agar komunitas baca memiliki literasi, Balai Bahasa Jawa Timur (Jatim) menggelar Pelatihan Menulis Esai Sastra dan Budaya Lokal. Kegiatan tersebut bertempat di SMKN 1 Bangkalan, Selasa (5/3).
Kegiatan prakarsa UPT Kementerian dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI ini, digelar dua hari mulai Selasa (5/2) hingga Rabu besok (6/3). Acara diikuti sekitar 50 peserta dari berbagai komunitas baca se-Kabupaten Bangkalan.
Amir Mahmud, peneliti sastra Balai Bahasa Jatim mengatakan kegiatan ini bertujuan meningkatkan potensi diri generasi muda. Diharapkan, pelatihan ini dapat merubah kebiasaan para generasi muda. Jika semula tidak suka membaca menjadi senang membaca.
“Kita mau merubah pola dan perilaku anti membaca menjadi suka membaca, kemudian menjadi senang menulis. Setelah menulis, ia akan meningkatkan potensi diri,” ujarnya.
Amir Mahmud menambahkan, dengan banyaknya literatur yang dimiliki, maka kemampuan seseorang akan semakin bertambah. Jika kemampuan semakin bertambah, pola pikir juga akan berubah.
“Generasi muda harus memiliki banyak literatur. Dengan demikian, pola pikir juga akan berubah. Setelah pola pikir berubah, maka kualitas diri membaik dan mampu bersaing dengan dunia luar, ” ungkapnya.
Amir memprediksi, pada tahun 2045 nanti sekitar 70 persen masyarakat akan mencari pekerjaan. Peningkatan pencari kerja tersebut, nantinya akan menjadi beban negara.
“Kebutuhan lapangan pekerjaan yang banyak nantinya akan menjadi beban negara. Pola ini yang harus dirubah, masyarakat harus mampu membuat lapangan pekerjaan bukan malah mencari pekerjaan,” Jelasnya.
Mantan Kepala Balai Bahasa Jatim ini menuturkan, Pelatihan Menulis Esai Sastra dan Budaya Lokal digelar serentak di empat lokasi se Jawa timur mulai hari ini atau besok. Targetnya, ada 38 lokasi pelatihan ini.
Ke depan, sambung Amir Mahmud, akan ada pelatihan literasi untuk masyarakat umum. Yakni literasi keluarga, literasi kependudukan dan literasi masyarakat.
“Kalau untuk masyarakat kita akan memberikan pelatihan dalam bentuk produksi. Kita lebih memanfaatkan potensi lokal agar bisa bernilai ekonomis,” pungkasnya. (Julian Isna)